Kisah Mengharukan Pasien Covid-19

Kisah mengharukan percakapan seorang ibu ( nakes ) yang positif Covid-19 dengan anaknya yang berusia 8 tahun.

Ini kisah seorang Ibu yang berprofesi sebagai Tenaga Medis ( nakes ) yang terkena Covid-19 di wilayah Jakarta. Berikut beberapa percakapan seorang teman yang diberitahu kronologi dan kisah dukanya dengan seorang anak semata wayangnya yang bernama Ghani yang berusia 8 tahun atau kelas 2 SD.

Alhamdulillah masa kritis sudah lewat 3 minggu lalu yang sangat menyiksa sekali nafas seperti di himpit batu besar hingga batuk sampai muntah-muntah dengan gambaran rontgen dada berkabut penuh reak hanya dalam hitungan 4 hari”, kata Nakes ketika menceritakan kondisi saat masa kritis berlangsung.

Seperti yang ditakutkan pasien covid-19 lainnya, kebanyakan menderita happy hipoxia (sesak nafas hebat benar ada nya) rasanya seperti berada di gorong-gorong air, mau nyelam kelelep keminum air tapi harus nyelam kalau tidak dihantam ombak kepala bisa pecah, nafas sesak, kepala sakit, badan rentek, tidak mau makan, selera pahit, batuk kepala nyut-nyutan.

Hari ke 6 SWAB
“Menuggu hasil 5 hari kemudian sabtu kemarin tanggal 29 Agustus siang, hasil SWAB di infokan oleh dokter UGD melalui WA hasil SWAB saya positif covid, saya putuskan untut SWAB orang yang kontak dengan saya yaitu adik kandung saya om nya ghani yang masih SMA“.
[18:39, 08/09/2020]

“Selama saya anfal tanggal 21 – 25 Agustus kemarin di rumah saya, ghany ngurut-ngurut kepala sama badan saya berjam-jam disaat saya tidur, dalam keadaan sesak, Ghani nangis diam-diam sambil ngurut-ngurut saya, kata nya takut bunda mati (Meninggal). Saya peluk Ghani dan hapus air mata nya , saya berkata kepada Ghani, “Bunda nggak mati, kalau bunda mati nggak ada yang ngurus Ghani lagi saat bermain atau belajar. Rasa nya saat kritis merasa nyawa tinggal 25% saja lagi. Dalam keadaan begitu saya berdoa “ jika saya di izinkan hidup maka jadi kan saya bermanfaat untuk orang banyak dan ambil nyawa saya disaat saya dan orang-orang terdekat saya sudah siap ya Rabb ( Tuhan ) Abi ( Ayah ) nya Ghani Alhamdulillah Negatif covid, sedangkan adik saya yang SMA dinyatakan positif Covid-19. Bapak dan ibu saya lagi di SWAB dan hasil nya 3 hari lagi dan mereka tidak tinggal 1 rumah. Ghani terpaksa ikut abi nya ke Depok dan saya sama om nya Ghani di rawat di RSAL Mintohardjo. Setelah hasil SWAB bapak dan ibu saya keluar, baru Ghani bisa tinggal sama ibu saya di bekasi atau jika saya sembuh.
Bunda Ghani “sedih, pilu lihat nya…”
Ghani “ kangen sama bunda, pingin meluk nggak bisa…”
Bunda Ghani “Nangis saya lihat nya, ngumpet-ngumpet saya ngelap air mata saya”
Pesan Bunda Ghani: “Jangan sedih, jangan nangis, kalo nangis siapa yang doain bunda,
Ghani jangan tinggalkan sholat wajib, sholat dhuha, setiap habis sholat do’a kan bunda yaa”
Jangan lupa murojaah dan tambah ayat walau besok libur” Ghani Berkata “iya bunda’…Ketika ditanya seorang temannya ,berapa lama semua kejadian ini terjadi bun?
Bunda Ghani menjawab :
Semua tidak lama hanya dalam hitungan 4 hari timbul gejala berat tanda2 COVID -19 ,malah berlanjut hari ke 5 s/ d ke 7 keadaan semakin parah memberat (inkubasi dari 1 minggu pertama s/ d 2 minggu kedepan), semua terjadi begitu cepat disaat menunggu hasil SWAB tsb banyak yang ANFAL meninggal dunia dimana saat menunggu tsb tdk timbul gejala berat s/d timbul gejala berat karna ada penyerta sakit lain seperti jantung, diabetes, asma, pengentalan darah, ginjal, dll.
Saran Bunda Ghani:
jika sdh mengalami hal di bawah ini, SEGERALAH ke Puskesmas/ RSUD/RS terdekat jika merasa kan keluhan spti ini:
???
keluhan khas corona sblm/sesudah di RAPID /SWAB test :
– nyeri sendi& pegal2
– meriang2
– pilek hingga batuk
(ada jg yg ngk mengalami
keluhan ini)
-yg berat : nafas sesak
spti di timpa batu
-gambaran paru sblm di SWAB :
berkabut,buruk
-hilang daya rasa kecap
-penciuman menghilang
-anorexia(nafsu makan hilang)
-mual
-diare
KODE KERAS Saran unt teman2,rekan2,adik2 dmana pun brada& bagi yg punya saudara nakes yg rentan tertular spti sy ini…sekedar saran& masukan yg wajib dipertegas yg suka dianggap remeh:
???
-saat Rujuk pasien ke rumah sakit/RSUD apa pun itu pake baju APD :WAJIB
-hindari keramain:klo ngk plu jng kepasar,blanja online ja/gerobak abang dng KERAS PATUHI PROTOKOL COVID-19..
-jaga jarak 2 mter dng orang-orang
-jangan pegang-pegang muka/masker saat bekerja / saat keluar rumah
-wajib pake masker pulang ke rumah buang masker nya 1x pake ketempat yg aman dari jangkauan orang agar kita tidak menzolimi orang jadi tertular karena kita, usahakan pake masker medis (masker medis 3 lapis skrg dah murah ada di alfa/info mart isi 5 pc 10rb-12rb)
-cuci tangan dimnapun berada dan bawa alkohol/antis dan sejenis nya: semprot apa yang perlu di semprot seperti keybord, mesin ATM& layar nya,gagang pintu rumah saat masuk rumah/kantor/skolah dll
-pulang dari luar/kerja : cuci tangan dulu, baru buka baju & lansung mandi,sebelum nya semprot tas, baju,motor,mobil dll sebelum masuk rumah
-jika batuk& meludah : pake tissu baru di buang : agar kita tidak menularkan sakit ke orang lain hingga kita jatuh kedalam perbuatan DZOLIM
– jika hasil SWAB + :
minta segera di rawat saja, SWAB positif disarankan ke wisma atlit/RSUD/RS swata yg ada rujukan COVID nya.
kita kekehkan saja minta di rawat jika SWAB hasil nya positif (biar yg sehat ja di rumah & yg sakit di rawat)..
Bapak Anis baswesdan sudah wajib kan itu 1 minggu yang lalu yang SWAB positif rawat tidak boleh isolasi mandiri di rumah lagi karena rentan menularkan klaster rumah& tetangga dzolim kita ke orang jatuh nya.
Jangan lagi meremeh kan CORONA ini…
Jangan lagi tidak patuhi aturan protokol COVID yg sudah ada..
Jangan lagi cuek & tidak peduli seolah-olah info COVID ini isapan jempol…
jangan sampai kita menzolimi orang lain& diri sendiri karne sudah menyepelekan & menular kan ke orang lain ,ini sama dengan DAKWAH fi sabilillah…
kita harus melakukan dakwah ini dengan keras untuk kemaslahatan umat: agar tidak lagi banyak korban yg berguguran dimana-mana, jika yang berguguran tersebut orang-orang yang dibutuhkan ummat sangatlah menyayat hati
Asing & aneh tidak lah buruk
yg penting kita berjalan di koridor nya,
belajar& berkaca lah kepada yang ahli,yang ahli bicara berbusa-busa untuk kesejahteraan bersama agar tidak jatuh kedalam menzolimi orang lain & diri sendiri ,tidak semata-mata mereka di sumpah saat wisuda akan fatwa nya di hadapan Allah sebelum mereka terjun ke lapangan memberikan pelayanan dll.
Jadi ,lunak kan hati dalam menerima ilmu yang bukan pegangan kita karena kita bukan ahli nya
Semoga kita jangan sampai yang berpendidikan ini keras hati menerima masukan orang yang berilmu yang bukan pegangan kita..
smoga bermanfaat…
baarakallaahulakun..
Seorang Ibu
( Pasien Covid-19)

Scroll to Top